Free S M S :

PADEPOKAN

Sekretariat Jl.Kolonel Sugiono 87A Bojonegoro, yang di bangun dengan biaya sendiri. Mulai Tahun 1995 hingga 2007 pelebaran Tanah dan membangun gedung berlantai 2 dan berbentuk Joglo.

Ajaran Organisasi

Persaudaraan Setia Hati Terate mendidik manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah serta ikut Memayu Hayuning Bawono juga mengajarkan bela diri pencak silat dimana didalamnya terkandung unsur-unsur olah raga, dan seni bela diri serta merupakan seni budaya bangsa Indonesia yang perlu di kembangkan dan dilestarikan.

Sejarah PSHT

What is it? Pentjak Silat is the martial art of Indonesia. It is an effective form of self-defense, in which the user employs among others...

Ujian Kenaikan Tingkat

Untuk menjadi saudara pada Persaudaraan Setia Hati Terate ini, sebelumnya seseorang itu terlebih dahulu harus mengikuti pencak silat dasar yang dimulai dari sabuk hitam, merah muda, hijau dan putih kecil.

Rame Rame

Manusia dapat dihancurkan Manusia dapat dimatikan akan tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama manusia itu setia pada hatinya atau ber-SH pada dirinya sendiri Falsafah Persaudaraan.

Kamis, 31 Mei 2012

Wahyu Subakdiono, S.Sos. Matang dalam Birokasi dan Penggiat Seni Yang Gigih


Wahyu Subakdiono, S.Sos.
Matang dalam Birokasi dan Penggiat Seni Yang Gigih

Pengalaman sebagai Kepala Kelurahan di tiga wilayah dengan karakteristik masyarakat yang berbeda-beda, menjadikan Wahyu Subakdiono dikenal sebagai seorang birokrat yang  matang, tetapi tidak sok birokratis.
“Pada prinsipnya urusan birokrasi adalah urusan pelayanan. Jadi semakin sederhana birokrasi akan semakin mampu memberikan pelayanan yang memuaskan. Jadi kesimpulannya seorang birokrat yang baik adalah seorang yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan masyarakatnya,” kata Wahyu.
Selain itu, lanjut Wahyu dalam menjalankan tugas-tugas birokrasi dituntut kreatifitas, sehingga tidak terkesan kaku. Hal itulah yang membuat Wahyu mampu meninggalkan kesan yang positif di hati warga masyarakat kelurahan yang pernah dipimpinya. Dan hingga saat ini hubungannya dengan masyarakat di Kelurahan Mojo Kampung, Jetak dan Ledok-kulon pun masih terjalin dengan baik.
Semasa masih menjadi pegawai negeri sipil, hingga saat ini Wahyu juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial. Berbagai organisasi kemasyarakatan pernah diikutinya, diantaranya Pemuda Pancasila,  Angkatan Muda Pembaharua Indonesia (AMPI) dan Dewan Kesenian Bojonegoro (DKB). Saat ini, selain menjabat sebagai Ketua Cabang Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Kabupaten Bojonegoro, Wahyu juga menjadi Ketua Paguyuban Bunga Bojonegoro, Wakil Ketua Paguyuban Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Bojonegoro, serta Penasehat Paguyuban Pamong Praja Warga Terate Bojonegoro (Pawojo).
Sementara itu di bidang pengembangan seni dan budaya, Wahyu dikenal cukup getol dalam upaya untuk mengangkat potensi seni dan budaya yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro. Hal itu diungkapkan Ekopeye, seorang seniman perupa yang juga aktif dalam pembinaan kesenian melalui berbagai sanggar mulai tingkat anak-anak hingga remaja. Dikatakan Eko, Wahyu adalah sosok mantan birokrat yang gigih dalam menggali dan mengangkat potensi seni dan budaya di Bojonegoro. Tercatat beberapa event seni dan budaya pernah diselenggarakan Wahyu, diantaranya adalah Pasar Seni Bojonegoro, Festival Seni Bojonegoro, Pameran Seni Rupa Lintas Generasi dan lain-lain.
Menurut Eko, selama ini issue-issue tentang seni budaya kerap dianggap tidak terlalu penting, untuk itu dibutuhkn sosok yang mampu dan punya keberanian untuk “berjuang” dari dalam. “Dibandingkan bidang kehidupan lainnya, kesenian dan kebudayaan mengalami nasib yang kurang menguntungkan dalam hal dukungan dari pemerintah. Padahal tidak bisa dipungkiri, kebudayaan dan kesenian adalah jantung kehidupan yang sangat penting dalam sebuah bangsa,” terang Eko.
Kebudayaan dan kesenian, lanjutnya, adalah penopang dan asupan kesehatan jiwa bagi sebuah bangsa. Sama pentingnya dengan sandang, pangan, papan yang dibutuhkan raga. Kebudayaan dan kesenian adalah ibarat hidangan spiritual dan sosial yang menjadikan hidup lebih semarak dan indah.
“Bisa dibayangkan betapa keringnya hidup ini tanpa unsur-unsur seni dan budaya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi tidak bisa tidak, dukungan terhadap kebudayaan dan kesenian adalah tanggung jawab pemerintah. Kemajuan seni budaya adalah kepentingan publik, artinya pemerintah wajib mendukung,” papar Eko.     
Eko menambahkan, sejarah mencatat, meski kesenian dan kebudayaan berprestasi dan membawa harum nama negara di luar negeri, posisi kesenian dan kebudayaan tetap sebagai ”penumpang gelap” yang sekali tempo beruntung bisa bernafas dan berkembang jika mendapatkan sisa anggaran pada saat tutup buku anggaran.

Mas Wahyu Subakdiono, Ketua PSHT Cabang Bojonegoro Hidup Dan Menghidupi


Mas Wahyu Subakdiono, Ketua PSHT Cabang Bojonegoro
Hidup Dan Menghidupi

“Goleko urip ojo lali sangune mati” itulah kalimat wejangan dari Ketua Umum Pusat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Mas Tarmadji Boedi Harsono (Mas Madji), yang selalu diugemi Wahyu Subakdiono dalam menjalani kehidupannya. Dan wejangan itu pula yang kemudian membentuk karakter dan prinsip hidupnya, bahwa selagi masih hidup, manusia tidak boleh berhenti dan harus terus berkarya. “Manusia itu sudah terlanjur hidup, harus mencari hidup, agar hidup bisa menghidupi, baik diri sendiri, keluarga dan sumrambah kepada orang lain,” terang Mas Wahyu.

Wahyu mulai mengenal seni pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate, sejak usia remaja, tepatnya pada tahun 1973, namun tindak sampai tuntas, karena harus hijrah ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Di Ibukota Wahyu mengenyam pendidikan di LPKAJ (sekarang IKJ – Institut Kesenian Jakarta-red) itupun juga tidak sempat selesai, karena ditentang oleh pamannya.
Lalu pada tahun 1978, Wahyu pulang ke Bojonegoro, karena meskipun kedua orang tuanya  tinggal di Madiun, tetapi banyak keluarganya yang berdomisili di Bojonegoro. Meski sempat bergumul dengan kehidupan metropolitan, ternyata keinginan Wahyu muda untuk belajar seni beladiri pencak silat masih belum padam. Lalu pada sekitar awal tahun 1979, Wahyu memutuskan untuk kembali berlatih pencak silat. Karena pada saat itu di Bojonegoro, belum ada tempat latihan SH Terate , Wahyu mengikuti latihan di Ngawi.
Selama mengikuti latihan silat di SH Terate, Wahyu muda yang dipenuhi dengan gelora pemberontakan berobsesi menjadi seorang pendekar pilih tanding yang mempunyai kesaktian. Namun betapa kecewanya ia ketika pada tahun 1981 disyahkan sebagai pendekar SH Terate, kesaktian yang dia dambakan tidak didapatkan.
Memang semula Wahyu berangapan, bahwa dengan mengikuti latihan pencak silat SH Terate, dia akan mendapatkan ilmu kanuragan, yang diartikannya sebagai sebuah kesaktian. Dia baru mendapatkan pencerahan tentang hakekat ilmu SH Terate, saat Wahyu melakukan silaturahmi kepada tokoh-tokoh sepuh SH Terate, daintaranya RM. Imam Koesoepangat, Mas Tarmadji Boedi Harsono, dan Mas Murhandoko di Madiun, hingga ke Malang untuk meminta wejangan dari Mas Harsono, putra pendiri PSHT, Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
Setelah mendapat wejangan dari para tokoh PSHT, barulah Wahyu menyadari bahwa kesaktian yang didapatkan dari pelajaran SH Terate bukanlah kesaktian seperti pada film-film laga, tetapi kesaktian dalam menyadari makna hidup dan kehidupan. “Jika kita mampu menjalani hidup dengan penuh kesadaran, maka kita akan mampu bertahan dalam setiap cobaan. Hal itu seperti diwejangan oleh Mas Imam Koesoepangat, Sepiro gedene sengsoro yen tinompo among dadi coba,” terang Wahyu.
Setelah mendapat wejangan dari para tokoh PSHT dan benar-benar memahami tentang hakekat ilmu SH Terate. Pada tahun 1981, Wahyu  mulai menyambung silaturahmi dengan sedulur-sedulur PSHT yang ada di Bojonegoro. Akhirnya bersama Mas Suryono BEI, Mas Sutrisno, dan Mas Sriyanto, Mas Wahyu mulai membuka tempat-tempat latihan di beberapa desa dan kecamatan,  lalu merintis mendirikan cabang SH Terate di Bojonegoro.
            Upaya Wahyu dan warga SH Terate lainnya untuk membangun organisasi PSHT di Bojonegoro yang mantap dan diperhitungkan, bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, berbagai tantangan dan persoalan social muncul, namun berkat istiqomah dan berpegang pada prinsip-prinsip ajaran SH Terate yang lebih mengedepankan persaudaraan, semua masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan damai.
            Meskipun menjadi salah satu pemrakarsa terbentuknya PSHT di Bojnegoro, Wahyu mengawali kiprah dalam organisasi PSHT Bojonegoro, mulai dari bawah. Yakni menjadi pengurus Ranting, kemudian dipercaya oleh saudara-saudara seperguruannya untuk menjadi Ketua Ranting Kota, lalu masuk dalam jajaran pengurus cabang, menjadi wakil ketua I, sekretaris, dan pada 2003 dipercaya untuk menjadi Ketua Cabang PSHT Bojonegoro hingga saat ini. Hal itu sesuai dengan wejangan orang tuanya yaitu R. Djiwoto yang selalu mengingatkan bahwa perjalanan hidup seorang manusia itu untuk mencapai kemulyaan harus mulai proses dari bawah.
            Saat awal-awal menjadi Ketua Cabang PSHT Bojonegoro, Wahyu mencoba membuat berbagai inovasi dan terobosan-terobosan untuk lebih membesarkan organisasi PSHT di Bojonegoro. Untuk melakukan itu, program pertama yang dilakukan Wahyu adalah menidentifikasi masalah yang terjadi baik di internal organisasi PSHT Bojonegoro, maupun masalah secara umum yang melibatkan PSHT Bojonegoro.
            Dari hasil indentifikasi masalah itulah kemudian Wahyu, menyusun visi organisasi PSHT Bojonegoro, yakni; Menuju Pencitraan PSHT Bojonegoro yang lebih baik, Berprestasi, Mandiri, Sejahtera dan Berkarakter. Untuk menwujudkan visi tersebut, Wahyu mempunyai gagasan untuk membentuk pusat komunikasi antara ranting dengan cabang. Hal ini penting, karena menurut Wahyu, komunikasi adalah kunci dalam menyelesaikan persolan yang ada.
            Untuk mendorong agar tercipta komunikasi yang intens, maka dibangunlah sebuah gedung sekretariat yang representative dan nyaman, maka dibangunlah gedung secretariat SH Terate Bojonegoro yang megah. Berdirinya gedung secretariat yang megah itu tidak lepas dari kepiawaian Wahyu dalam mengelola sumber dana yang dimiliki PSHT Bojonegoro.
            Wahyu menyadari bahwa potensi yang dimiliki PSHT Bojonegoro cukup besar, jika itu tidak dikelola dengan mamagemen yang baik, tentu akan menjadi sia-sia. Setiap tahun masyarakat Bojonegoro yang bergabung dengan SH Terate semakin banyak, dan siswa yang disyahkan menjadi warga PSHT setiap tahun juga selalu mengalami penikingkatan hingga mencapai angka ribuan, hal itu tentu membuat kas organisasi menjadi semakin besar.
            “Dari kas yang bersumber dari siswa SH Terate itulah gedung SH Tertae ini dibangun, jadi pada prinsipnya gedung SH Terate ini milik masyarakat Bojonegoro, karena bersumber dari siswa yang notabene adalah warga masyarakat Bojonegoro, bukan hanya warga SH Terate,” terang Wahyu.
            Wahyu menekankan, bahwa pendapatan SH Terate berasal dari masyarakat, maka sebesar-besarnya harus bisa dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dari itulah maka diwujudkan sebuah gedung PSHT yang berdiri di atas lahan 2.400 meter persegi, dengan berbagai fasilitas di dalamnya, diantaranya adalah lapangandi belakang gedung yang juga bisa dimanfaatkan untuk olah raga futsal dan  ruang pertemuan atau hall yang berada di lantai II.
            Wahyu merasa bukanlah manusia sempurna, yang tidak pernah salah dan gagal. Namun terlepas dari segala kelemahannya, terbukti Wahyu Subakdiono, mampu membawa PSHT Bojonegoro menjadi sebuah organisasi yang cukup diperhitungkan, tidak saja di dunia persilatan tetapi juga sektor lainnya. Meski demikian, penggarapan di sektor ideal dalam bentuk penyebaran ajaran budi luhur lewat Persaudaraan Setia Hati Terate tetap menjadi prioritas kebijakan. Dan hasilnya, sejak mengemban amanah sebgai Ketua Cabang, perkembangan jumlah siswa dan warga PSHT selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga saat ini jumlah anggota PSHT di Bojonegoro mencapai sekitar 45 ribu orang.
            Untuk meningkatkan kualitas dan wawasan SDM pengurus PSHT, mulai dari ranting hingga cabang di luar ajaran ke-SH-an, Wahyu secara rutin melakukan pelatihan kapasitas angota dengan menghadirkan nara sumber yang berkopenten di bidangnya, misalnya masalah pemahaman hukum, ilmu kemasyarakatan, kewirausahaan dan lain-lain.
            Dari hasil itu, terbentuklah berbagai paguyuban, forum dan lembaga yang bernaung di bawah organisasi besar Persaudaraan Setia Hati Terate, diantanya adalah, Paguyuban Pamong Praja Warga Terate Bojonegoro (Pawojo), yang terdiri dari warga SH Terate yang menjabat sebagai Kepala Desa dan Perangkat desa, Forum Komunikasi Intelektual Terate, Pasukan Pengaman Internal (Paspanter), dan Lembaga keuangan Koperasi Setia Hati Terate (Sehat).***

Kamis, 23 Februari 2012

KUNCI HIDUP ITU HATI YANG BERSIH


MADIUN-Prinsip dasar organisasi yang dianut SH Terate adalah organisasi persaudaraan. Bukan paguron (perguruan) dan bukan organisasi masa.Yakni, sosok “paseduluran” yang menempatkan anggotanya pada posisi sama. Persaudaraan yang tidak lagi memandang latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya anggota, tidak terkungkung hegomoni keduniawian, dan tidak pula terjebak pada kepentingan pragmatis, seperti drajat, pangkat dan martabat.
”Persaudaraan di SH Terate adalah persaudaraan luhur yang  berangkat dari hati yang suci untuk saling cinta mencintai, saling sayang menyayangi dan bertanggung-jawab,” jelas Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, dalam .
Beracuan ini, aturan main organisasi yang diterapkan di SH Terate pun berbeda dengan organisasi masa lainnya.
Menyinggung keilmuan SH Terate, Mas Madji mengatakan, ilmu SH Terate itu sederhana. Mengajarkan kepada anggota untuk berbudi luhur dan mengamalkan budi luhur itu dalam kehidupan sesama.
”Dengan berbudi luhur, maka dimana pun kita berada, kita akan bisa diterima orang lain. Akan disenengi orang lain. Seperti ajaran SH Terate, ojo sok gawe ala ing liyan, apa alane gawe seneng ing liyan (jangan seneng membuat susah orang lain, tapi lakukan darma yang bisa membahagiakan orang lain,red),” katanya.
Tokoh yang akrab dengan panggilan Mas Madji itu, disamping menjabarkan makna persaudaraan dalam pandangan SH Terate, juga menyampaikan hasil evaluasi dia secara pribadi sebagai ketua umum terhadap isu mutakhir yang berkembang di sejumlah cabang SH Terate.
”Sebagian besar isu yang muncul ke permukaan tetap berkisar pada konteks person,” katanya. Maknanya, prinsipil tak ada masalah dalam organisasi  yang muncul kepermukaan lebih dominal soal perilaku oknum secara pribadi.
Meski begitu diakui, perilaku oknum ini tidak jarang justru berdampak pada pencitraan SH Terate secara makro.
Meminimalisir itu, Mas Madji berpesan agar keluarga besar SH Terate kembali ke pokok ajaran. Yakni, berbudi luhur dan berlomba untuk membersihkan hati nurani. “Kuncinya hati kita. Karena kunci kesejahteraan hidup ini sebenarnya hati yang bersih. Hati yang suci. Kalau hati kita bersih, dan selalu berusaha kita resiki (bersihkan,red), Tuhan pasti akan mencitai diri kita. Kalau Tuhan mencintai diri kita, pasti kita akan dicintai sesama manusia,” tegasnya.
MADIUN-Prinsip dasar organisasi yang dianut SH Terate adalah organisasi persaudaraan. Bukan paguron (perguruan) dan bukan organisasi masa.Yakni, sosok “paseduluran” yang menempatkan anggotanya pada posisi sama. Persaudaraan yang tidak lagi memandang latar belakang sosial, politik, ekonomi dan budaya anggota, tidak terkungkung hegomoni keduniawian, dan tidak pula terjebak pada kepentingan pragmatis, seperti drajat, pangkat dan martabat.
”Persaudaraan di SH Terate adalah persaudaraan luhur yang  berangkat dari hati yang suci untuk saling cinta mencintai, saling sayang menyayangi dan bertanggung-jawab,” jelas Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun, H. Tarmadji Boedi Harsono, SE, dalam dialog dengan lawupos, Sabtu (19/2/12).
Beracuan ini, aturan main organisasi yang diterapkan di SH Terate pun berbeda dengan organisasi masa lainnya.
Menyinggung keilmuan SH Terate, Mas Madji mengatakan, ilmu SH Terate itu sederhana. Mengajarkan kepada anggota untuk berbudi luhur dan mengamalkan budi luhur itu dalam kehidupan sesama.
”Dengan berbudi luhur, maka dimana pun kita berada, kita akan bisa diterima orang lain. Akan disenengi orang lain. Seperti ajaran SH Terate, ojo sok gawe ala ing liyan, apa alane gawe seneng ing liyan (jangan seneng membuat susah orang lain, tapi lakukan darma yang bisa membahagiakan orang lain,red),” katanya.
Tokoh yang akrab dengan panggilan Mas Madji itu, disamping menjabarkan makna persaudaraan dalam pandangan SH Terate, juga menyampaikan hasil evaluasi dia secara pribadi sebagai ketua umum terhadap isu mutakhir yang berkembang di sejumlah cabang SH Terate.
”Sebagian besar isu yang muncul ke permukaan tetap berkisar pada konteks person,” katanya. Maknanya, prinsipil tak ada masalah dalam organisasi  yang muncul kepermukaan lebih dominal soal perilaku oknum secara pribadi.
Meski begitu diakui, perilaku oknum ini tidak jarang justru berdampak pada pencitraan SH Terate secara makro.
Meminimalisir itu, Mas Madji berpesan agar keluarga besar SH Terate kembali ke pokok ajaran. Yakni, berbudi luhur dan berlomba untuk membersihkan hati nurani. “Kuncinya hati kita. Karena kunci kesejahteraan hidup ini sebenarnya hati yang bersih. Hati yang suci. Kalau hati kita bersih, dan selalu berusaha kita resiki (bersihkan,red), Tuhan pasti akan mencitai diri kita. Kalau Tuhan mencintai diri kita, pasti kita akan dicintai sesama manusia,” tegasnya.

Jumat, 17 Februari 2012

KETUA SH TERATE Cabang Bojonegoro

Kang Mas WAHYU SUBAKDIONO,S.Sos

Beliau adalah Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Bojonegoro periode Tahun 2006 sampai dengan sekarang...
Seorang sosok Ketua Cabang yang tanpa mengenal lelah yang tiada hari tanpa memikirkan Organisasi tercinta ini.
Beliau adalah seorang pensiunan Pegawai Negeri Sipil yang sehari harinya sekarang bergelut di dunia seni, selain itu juga beliau menyukai dunia Bonsai sekaligus masuk sebagai pengurus di perkumpulan pecinta Bunga Bojonegoro. tidak hanya itu dan masih banyak lagi organisasi-organisasi sosial yang digeluti beliau.
memang tidak mudah dalam memimpin Organisasi Setia Hati Terate ini perlu mempunyai watak yang sabar,tekun dan penuh dengan kasih sayang. sebab anggota SH Terate di wilayah Bojonegoro sekarang sudah puluhan Ribu dan terdiri dari berbagai kalangan, ada yang terpelajar sampai dengan yang tidak pernah mengenal bangku sekolah, ada yang menjadi Pejabat sampai dengan kaum Tani, yang paling susah lagi dari para kaum Remaja yang mempunyai banyak karakter yang dipengaruhi oleh lingkungannya.
dengan Sabar dan telaten beliau membimbing anggotanya tanpa kenal lelah.
Inilah penjabaran dari ajaran SH Terate, dengan keikhlasanlah beliau memimpin Organisasi ini tanpa mengharapkan imbalan apapun dan tanpa mendapatkan Gaji dari SH Terate.
memang pengabdian di SH Terate tidak bisa dinilai denga material, tapi bisa dinilai dengan kepuasan batiniah sebab kebahagiaan batiniah sangatlah mahal harganya.

Minggu, 15 Januari 2012

KEGIATAN PEMBINAAN PENGURUS CABANG SE WILAYAH PANTURA OLEH KETUA UMUM PUSAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
dilaksanakan pada hari Minggu Tanggal 8 Januari 2012 di Aula Padepokan SH Terate Cabang Bojonegoro Jl.Kolonel Sugiono 87a Bojonegoro. dan diikuti sekitar 15 Cabang : (tuan Rumah )BOJONEGORO, TUBAN, LAMONGAN, GRESIK, CEPU, BLORA, NGANJUK, JOMBANG, NGAWI, SRAGEN DLL.

dan dihadiri pula oleh para pengurus ranting yang ada di wilayah cabang Bojonegoro........

Rabu, 30 November 2011

H.Tarmadji Boedi Harsono,SE. Ketua Umum SH Terate
Assalamualaikum wr wb. Adik-adik Calon Warga Baru dan Warga SH Terate yang saya cintai Saudara Ketua Cabang SH Terate di seluruh pelosok tanah air dan saudara-saudaraku Keluarga Besar SH Terate yang saya sayangi.

Alhamdulillah, malam hari ini kita bisa berkumpul di sini dalam jalinan persaudaraan yang dipenuhi rasa asah asih asuh. Persaudaraan yang tulus dengan didasari rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegemoni keduniawian, seperti drajat, pangkat dan martabat, juga bukan persaudaraan yang dibatasi suku, ras, agama dan antargolongan.
Semua ini, semata-mata hanya karena berkah, rakhmat, hidayah dan ridlo Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, mari kita bersama-sama bermunajat, memanjatkan puji syukur. Sebab hanya karena ridlo-Nya itu pulalah, kita bisa menyelenggarakan acara Pengesahan Warga Baru SH Terate 1433 H ini, dalam kondisi sehat wal afiat, tak kurang suatu apa pun.
Kedua, ucapan terimakasih selayaknya kita haturkan kepada perintis, pendiri dan tokoh SH Terate yang telah bersusah payah membimbing  dan mengenalkan kita pada ajaran budi luhur tahu benar dan salah, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana tujuan ajaran SH Terate.
Adik-adik Calon Warga Baru dan Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Mamasuki tahun baru 1433 Hijriah ini, alhamdulillah tugas kita mengemban dharma dan amanat budi luhur sepanjang tahun 1432 terselesaikan. Hasilnya, harus kita sadari masih jauh dari kesempurnaan. Sebab, nilai-nilai kesempurnaan itu mutlak milik Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Maknanya, masih banyak kekurangan yang harus dijadikan bahan evaluasi. Sementara kelebihan yang terjadi selama kita berdharma sepanjang tahun 1432 H, wajib pula diyakini sebagai karunia Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Searah itu, mementum tutup tahun 1433 H ini kita jadikan wahana evaluasi diri. Bersama-sama, mari kita akhiri hal-hal yang negativ dan kita tatap masa depan dengan penuh optimisme.
Sebab, tugas kita mengemban amanat budi luhur terbentang di depan mata. Jika tahun 1433 H diibaratkan sebagai pelagan dharma atau perjuangan memperkokoh eksistensi kemanusiaan, yakinlah, tantangan itu terbentang di depan mata. Baik tantangan yang berwujud pergeseran nilai sebagai dampak era transformasi, maupun tantangan yang lahir dari diri kita sendiri sebagai titah sakwantah (makhluk universal).
Namun demikian, saya perlu mengingatkan kepada saudara saudaraku, calon warga dan keluarga besar SH Terate, segala bentuk tantangan dan rintangan itu pada hakikatnya bukan berada di luar diri kita. Tapi ada di dalam diri kita sendiri. Sebab, musuh terbesar umat manusia adalah dirinya sendiri. Hawa nafsunya sendiri. Dalam priambole SH Terate dikatakan “dalam pada itu SETIA HATI sadar dan yakin bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan kebenaran hidup yang sesungguhnya bulanlah insan, makhluk atau kekuatan yang di luar dirinya.”
Menyadari itu, saya menghimbau, mari kita jadikan momentum tahun baru Hijriyah ini sebagai kajian evaluasi diri (mesu budi), perbanyak tirakat dan berlomba membersihkan hati. Kemudian, dengan penuh kesadaran bersama-sama kembali pada nilai-nilai ajaran Setia Hati Terate. Istilah yang lebih populer,  mari kita bersama-sama kembali ke laptop.
Sebagai laku ikhtiar dalam proses menyelamatkan ajaran SH Terate itu pula, alhamdulillah sekarang kita sudah memiliki hak paten. Sejumlah aset SH Terate, yang telah mendapatkan hak paten, antara lain lambang/bagde, baju seragam, tulisan, senam, jurus pasangan, baju batik, logo dan Mars SH Terate. Sementara kekayaan inteltual dan produk budaya warisan leluhur SH Terate, saat ini masih dalam proses pengurusan hak paten. Konsekuensi logis dari hak paten itu, tugas kita adalah bersama-sama menjaga aset inteltual yang sudah kita patenkan itu dengan tetap mengedepankan persaudaraan dan nilai-nilai kearifan serta kesatriaan.
Adik-adik Calon Warga Baru dan
Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini pula tidak bosan-bosannya saya katakan, bahwa tujuan SH Terate adalah membentuk manusia berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam jalinan persaudaraan kekal abadi, melalui pelajaran pencak silat.
Persaudaraan yang diyakini dan dianut oleh SH Terate adalah persaudaraan yang tulus dengan didasari rasa saling sayang menyayangi, hormat menghormati dan bertanggung jawab. Persaudaraan yang tidak memandang siapa aku dan siapa kamu, tidak dilandasi hegemoni keduniawian, seperti drajat, pangkat dan martabat, juga bukan persaudaraan yang dibatasi suku, ras, agama dan antargolongan.
Maknanya, persaudaraan yang dianut SH Terate adalah sebuah jalinan persaudaran yang seutuhnya. Sebab SH  Terate meyakini, bahwa semua manusia yang ada di muka bumi ini pada dasarnya sama. Titah sakwantah . Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Di mata Allah, yang dinilai hanya kadar ketakwaannya.
Menyadari hakikat persaudaraan sedemikian itu, maka tugas dan kewajiban kita yang utama adalah menjaga persaudaraan yang telah kita yakini ini demi terwujudnya kedamaian dan kelestarian dunia (Mamayu hayuhning bawono).
Persaudaraan ini, akan tetap utuh kalau kita ini tidak merasa, aku sing paling kuat, aku sing paling pinter aku sing paling ngerti (Adigang, adigung, adiguna). Kita dididik penuh kesederhanaan. Status yang kita sandang saat ini hanya titipan sementara. Dan, itu  tidak akan berpengaruh di dalam paseduluran (persaudaraan).
Terakhir, Alhamdulillah, saat ini sampailah kita di awal tahun 1433 H. Tahun yang dimulai dengan bulan Muharram atau bulan Suro. Bulan penuh rakhmat, tantangan, barokah sekaligus mukzizat. Juga, bulan penuh kemenangan yang diberikan Tuhan kepada nabi panutan umat manusia.
Sejarah mencatat, nabi-nabi besar panutan umat terlepas dari ‘bala” atau bencana yang bersumber atas tragedi kemanusiaan, di bulan Muharram atau bulan Suro. Merevitalisasi momen ini, pengesahan Calon Warga Baru SH Terate sengaja dilakukan pada bulan Suro.
Harapannya, calon warga baru yang kita syahkan malam ini, akan mendapatkan ridlo dan karunia dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Dibersihkan jiwaraganya (tinata lahir bathine). Sehingga menjadi SH-wan atau orang yang berkepribadian Setia Hati. Yakni, seorang yang berbudi luhur tahu benar dan salah, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu menempatkan rasa keadilan dan arifan dalam pergaulan di tengah masyarakat, serta selalu terbuka untuk memberikan maaf terhadap sesama (gung samodra pangaksami).
Kepada Keluarga Besar SH Terate saya tegaskan, mari kita bersama-sama berjuang untuk memegang teguh ajaran Setia Hati. Mari kita kembali ke jatidiri. SH Terate ini jangan di bawa kemana-mana. Tapi perjuangkan terus agar SH Terate ada di mana-mana. Bagi saudara saya, warga SH Terate yang secara kebetulan atau sengaja mempelajari ilmu (ngelmu) maupun laku, yang bersumber dari luar ajaran SH Terate, saya meminta, jadikan itu hanya sebagai bekal pengayaan keilmuan pribadi masing-masing. Jangan sekali-kali mencoba mencampur adukkan atau mengajarkan laku dan ilmu yang diperoleh dari luar kepada kadang SH Terate. Ini terkandung maksud agar kemurnian ajaran SH Teate tetap terjaga.
Adik-adik Calon Warga Baru dan
Keluarga Besar SH Terate yang saya cintai.
Pada bulan Muharram kali ini, saya mengajak saudaraku di manapun berada, mari kita jadikan tanggal 1 Suro atau 1 Muharram sebagai Hari Kelahiran SH Terate. Tujuannnya, agar Keluarga Besar SH Terate selalu ingat bahwa bulan Suro atau Muharam itu “bulan tirakat”, bulan “mesu budi”, kemudian, hari-harinya selalu disibukkan dengan berdoa, mesu budi dan mendekat kepada Allah, sehingga Allah, Tuhan Yang Maha Esa mengangkat derajat kita ke derajat tertinggi. Kedua, agar SH Terate ikut didoakan masyarakat banyak yang pada malam 1 Suro melakukan tirakatan, sehingga SH Terate akan tetap jaya, kekal abadi selama-lamanya. Sebab, kita yakin, kekuatan dan kesaktian tertinggi manusia tidak ada lain kecuali doa.
Kepada calon warga baru SH Terate yang malam ini akan disyahkan, saya berpesan, setelah saudara disyahkan, tolong jaga harkat dan martabat SH Terate. Jangan sekali-kali saudara menodai citra SH Terate.
Akhirnya, kepada panitia Pengesahan Warga Baru SH Terate, dan semua yang ikut membantu terselenggaranya acara pengesahan ini, saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT menjadikan dharma saudara sebagai tanaman yang dikemudian hari berbuah kebajikan..
Kepada Adik-Adik Calon Warga Baru SH Terate, saya ucapkan selamat mengikuti acara pengesahan ini dengan hati yang bersih dan pikiran yang tenang. Kepada Bapak dan Ibu, saya minta ikut mendoakan. Harapan saya semoga setelah disyahkan, saudara bermanfaat bagi kemaslahatan umat.
Akhirnya, sebelum mengakhiri sambutan saya, mari kita bersama-sama bersemboyan.
SELAMA MATAHARI MASIH BERSINAR, SELAMA BUMI MASIH
DIHUNI MANUSIA,
SELAMA ITU PULA SH TERATE,  TETAP JAYA,
KEKAL ABADI, SELAMA-LAMANYA.



Wassalamualaikum  Wr  Wb

Ketua Umum SH Terate Pusat Madiun



H. TARMADJI BOEDI HARSONO,S.E

Sabtu, 08 Oktober 2011

PERTANDINGAN ANTAR RANTING

Dalam rangka untuk mencari bibit-bibit atlet Pencak Silat sekaligus untuk merekatkan tali persaudaraan di antara ranting di wilayah Kabupaten Bojonegoro, SH Terate Cabang Bojonegoro menggelar Pertandingn Antar Ranting yang ke XIII.
kegiatan ini di selenggarakan pada tanggal 7 - 9 Oktober 2011 di Lapangan Padepokan SH Terate Cabang Bojonegoro Jl.Kolonel Sugiono 87a Bojonegoro.
Kegiatan ini diikuti 195 peserta terbagi menjadi 9 kelas di Remaja Putra, 5 kelas di remaja putri 6 kelas  di Dewasa putra dan 2 kelas di Dewasa putri.
dari Jumlah 195 peserta itu berasal dari 23 Ranting yang ada di wilayah Cabang Bojonegoro.



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More